Tulisan ini didasari oleh kegelisahan pribadi yang muncul setip membaca berita tentang hewan liar yang eksistensinya mulai terancam.
Beberapa hari lalu sempat melihat postingan di Instagram saat jemari ini sibuk scroll and scroll, tentang punahnya Badah Putih Utara setelah bertahan selama 55 juta tahun di planet ini. Walaupun setelah ku telusuri lagi berita terkait, masih tersisa 2 batak betina yang merupakan Ibu dan anak, dan para ilmuan udah behasil mengembangkan embrionya dari sperma badak putih utara jantan terakhir yang udah meninggal, jadi gitu lah, masih ada kemungkinan untuk ga jadi punah dan menghasilkan spesies yang sama.
Fakta yang bikin miris, penyebab dari kepunahan yang mengancam spesies ini tak lain dan tak bukan karena keserakahan manusia, secara badak ini bukan lah spesies lemah yang jadi mangsa, karena ukurannya besar dan kulitnya tebal membuatnya gak jadi incaran para predator alias tidak masuk sebagai spesies yang punya banyak musuh. But human? yaa, masih maraknya perburuan cula badak menjadi ancaman serius buat Badak ini.
Hari ini, tak sengaja membaca artikel di portal berita online tentang mengusir Ular yang masuk ke rumah dan cara membedakan ular berbisa dan tidak. Menurut ku ini perlu karena disini tak jarang kejadian ular masuk rumah. Kejadian serupa pun turut menghiasi artikel yang ku baca yaitu penyebab ular masuk rumah karena habitatnya yang kian terganggu karena dampak munculnya perumahan dan pembangunan. Kalau dilihat dari sudut pandang Ular, tentu sangat menyedihkan bagi mereka saat habitatnya mulai berkurang, ku rasa ular yang masuk ke rumah mungkin juga karena gak sengaja alias nyasar. Walaupun ular merupakan spesies yang menggelikan (jijik) sekaligus membahayakan (jika berbisa), bahkan saat melihatnya membuat tubuh bergidik, tapi ga ada salahnya jika kita mengusir tanpa membunuhnya bukan? walaupun kalau dari segi agama dianjurkan buat membunuh ular, tapi menurut ku itu mau gak mau dilakukan kalau emang sudah menyangkut keselamatan dan emang ularnya membahayakan.
Lepas dari laman berita online itu, tangan ku beralih dari mouse ke handphone, aku pun kembali scrolling feeds IG. Lagi-lagi aku menemukan postingan tentang Orangutan yang masuk ke pemukiman penduduk, tepatnya di daerah Kalimantan Timur, Penajam Paser Utara. Postingan yang dilengkapi dengan video tersebut memperlihatkan seekor Orangutan yang besar dan nampak tidak berbahaya, karena saat didekati penduduk dia nampak pasif, justru memakan pisang yang diberikan oleh warga, sepertinya dia kelaparan. Bisa dipastikan Orangutan ini sedang tersesat dan mencari makan hingga ke pemukiman. Sedih ga sih? Sedih lah, masa nggak.
Oragutan yang masuk ke pemukiman penduduki di Penajam |
Jauh di lubuk hati dan pikiran ku meratap, bukan kah Bumi ini diciptakan bukan hanya untuk manusia?
Kembali memori tentang sebuah artikel yang pernah ku baca setahun silam muncul lagi, artikel tentang kejadiaan naas yang menimpa seekor gajah di India. Seekor gajah tersebut sedang hamil dan dia lapar, kemudian penduduk desa memberinya sebuah nanas, Sang gajah pun memakan nanas itu, tapi apa yang terjadi? Nanas itu meledak dalam mulutnya. Ternyata terdapat petasan yang sengaja diselipkan didalam nanas yang diberikan oleh manusia berakal dan yang seharusnya memiliki hati nurani. Sang gajah pun pergi ke arah sungai karena sebatas akal yang dimilikinya, mulutnya merasakan rasa panas yang sangat, dan air lah tempatnya menuju untuk sedikit mengurangi perih luka bakar yang dideritanya. Gajah itu berendam di sungai selama berhari-hari hingga ajal pun menjemputnya, ya Sang Gajah mati perlahan, mungkin karena tak kuat menahan rasa sakit yang tak terhingga dan rasa lapar yang mendera, Tuhan pun tak tega melihat makhluknya begitu menderita akibat perbuatan manusia. Gajah pergi menemui sang pencipta bersama anak dalam kandungannya.
Jujur, saat membaca berita itu setahun lalu, aku gak kuasa buat menahan air mata. Ya, aku menangisi nasib seekor gajah yang tak pernah ku lihat di negeri yang tak pernah ku pijak. Geram sekali rasanya, tak henti mengutuki perbuatan biadab yang dilakukan oleh kaum ku sendiri. Kasus ini bener-bener potret kekejaman manusia yang bagiku gak bisa dimaafkan, dan gak bisa ku lupakan. Bahkan jika menengok kembali beritanya dan banyaknya ilustrasi yang menggambarkan penderitaan Sang Gajah bersama anak dalam perutnya, mata ku masih berkaca-kaca.
Sungguh malang, sungguh kasian, tak habis pikir kenapa manusia yang dikatakan punya akal yang sempurna mampu menyakiti makhluk lain yang tak berdosa, yang mana juga adalah makhluk Tuhan, yang punya nyawa dan hak untuk hidup. Kasus gajah ini bukan lah kali pertama yang ku baca menegenai kejinya manusia, seekor sapi pun mengalami hal yang sama. Aku lupa kejadiannya dimana, yang jelas hati ku ikut sakit saat membacanya, seekor sapi yang mulutnya rusak karena memakan adonan gandum yang juga berisi petasan didalamnya, apa salah mereka? Kesalahan mereka cuma satu, percaya kepada manusia. Memalukan :(
Sekali lagi, bukan kah bumi diciptakan bukan hanya untuk manusia?
Ada kehidupan lain di dalamnya, ada tumbuh-tumbuhan dan hewan. Bayangkan, apa yang terjadi pada bumi ini jika manusia tidak ada? Semuanya akan baik-baik saja, bahkan kelestarian bumi pun tetap terjaga. Bukan kah dalam sejarah islam, malaikat pernah berkata kepada Tuhan, bahwa manusia hanya bisa membuat kerusakan di muka bumi, dan kenyataan membuktikan bahwa malaikat benar, tapi Tuhan Maha Benar, Dia menciptakan manusia untuk bertaqwa kepada Nya, sebagian yang lain lah yang membuat kerusakan, dan itu cukup merugikan makhluk lainnya. Tapi sungguh hal sekecil apapun tak luput dari sepengetahuan Allah swt. Bahkan daun yang jatuh pun tak luput dari takdirNya.
Ya, sebagai manusia yang gak punya daya dan upaya selain ijinNya, pemikiran tentang semuanya telah diatur oleh Allah cukup membantu meredakan emosi ku tentang kerusakan yang dibuat manusia. Tuhan Sang Pemilik segalanya lebih berkuasa untuk memberikan konsekuensi atas perbuatan manusia, apalah aku yang hanya manusia biasa ini. Bukan kah apa yang ku sayangkan yang telah terjadi tak luput dari penglihatan Nya? Sang Pemilik Bumi Langit dan segala isinya. Kalau aku saja yang bukan siapa-siapa bisa begitu marah dengan yang terjadi kepada sesama makluk hidup? apalagi Yang punya? Tapi Tuhan Maha Bijaksana dan Adil, tentu apa yang dimilikiNya akan kembali padaNya dengan cara yang kita manusia gak bisa menduganya. Bahkan diri ini pun nanti juga akan kembali ke Sang Pencipta.
Kalau dipikir seperti itu, cukup mengurangi keresahan hati ini. Jujur baru kepikiran kesana setelah nulis ini, kata-kata diatas bener-bener terlintas secara spontan dan menyadarkan diriku bahwa ada Tuhan yang ga akan tinggal diam. Gak tau kenapa, tapi ku rasa dengan menulis pikiran ini jadi lebih terbuka.
Walapun tetap saja, perlakuan keji terhadap hewan akan terus ku kecam, dan meyakini bahwa Tuhan kelak akan membalas perbuatan manusia-manusia jahat itu, entah melalui karma di dunia atau balasan di akhirat.