Perempuan.
apa yang pertamakali terlintas dipikiran kamu ketika mendengar satu kata itu?
Perempuan itu kadang sensitif, sensitif banget malah.
dan sebagai perempuan yang kadang sensitif pake banget (iya, aku juga perempuan asal kamu tau), hal itu sangat menguras emosional ketika gak bisa mengekspesikan apa yang ada dalam pikiran dan perasaan.
FYI, seminggu yang lalu ku rasa aku udah mengalami masa-masa berat saat mencoba mengikuti tes salah satu perusahaan BUMN terkemuka di Indonesia Raya ini. Itu pengalaman pertamaku mengikuti tes langsung secara tertulis. Bolak balik ke Banjarbaru selama 3 hari, dan sistem gugur alias eliminasi pada hari itu juga. jadi paginya kami tes, dan malam nya akan keluar pengumuman melalui webnya, siapa yang bisa lanjut ikut tes besoknya di perusahaan itu. Sempit banget kan waktu buat persiapannya, tapi gak ada yang perlu dipersiapkan sih selain mental dan pengetahuan yang kita miliki. Beruntung aku bisa melaju sampai tahap keempat, yaitu tes psikotes. Yang awalnya pada hari pertama ada 159 peserta untuk jurusan Hukum aja, hari kedua tersisa 33 peserta, dan hari ketiga tersisa 20 peserta pada tahapan tes psikotes. kalau digabung sama jurusan lain sih ada 1000an peserta, tapi fokus ku disini hanya peserta dari fakultas hukum yaa.
Sialnya, pada saat itu aku mengalami Sindrom miss-wrong-person yang akut banget (Miss-wrong-person syndhrome adalah keadaan dimana kamu sangat merindukan seseorang yang salah, alias orang itu bahkan gak tau kamu mikirin dia, dan kamu juga gak bisa ngelakuin apa-apa selain... um.. selain nangis). Sindrom ini diakibatkan oleh kurangnya komunikasi sih. Itu benar-benar bukan waktu yang tepat untuk terkena sindrom, tapi yahh.. aku bisa apa??
pada malam sebelum tes psikotes, teman-teman yang tau aku ikut tes cuma sedikit, semakin sedikit yang tau semakin bagus sih jadi ketika gagal gak papa, hehe tapi yang tau itu pun juga kebetulan tau aja gitu, setidaknya dukungan moril dan doa mereka sangat berarti. Terutama dukungan dari mama, kakak dan kakak ipar ku. Tapi karena itu juga aku merasa berat kalau gak berhasil, hiks...
jadi waktu itu, ketika salah satu teman yang ngasih semangat bilang kalau aku harus fokus lokus ulalala (gak deng, dia cuma nyuruh fokus) buat ngadapin tes, dan aku pun jujur kalau lagi usaha buat fokus (karena sindrom kampret sialan itu). Rasanya gak tau kenapa tapi secara emosional, aku ngerasa labil banget, mungkin juga karena lagi PMS sih :hammer:
Dan hasilnya.... tes psikotes ku hancur lebur ditahapan tes pauli, yang angka-angka itu lohhh.. atau sering disebut juga tes koran. Kacau balau banget lah pokoknya sampe setelah tes rasanya mau teriak minta diulang waktu satu jam yang dikasih.. huhuuu
Aku pun pesimis buat bisa lulus tahapan selanjutnya, pengumumannya belum sih, tapi mengingat tes pauli ku yang ancur lebur itu, harapan ku pupus seketika. Bagaimanapun, kemungkinan terburuk adalah resiko yang nyata kan, jadi siapin mental aja.
Aku gak bermasuk nyalahin diri sendiri apalagi orang lain apalagi Tuhan, aku udah mempersiapkan diri sebisa ku untuk menghadapi tes itu, secara pengalaman pertama kan. Jadi gimana pun hasilnya aku udah pasrah dan ikhlas aja. Tapi masalahnya, sindrom kampret itu gak kunjung reda. Bikin pengen marah-marah, over thinking dan hal-hal negatif lainnya.
Pengen rasanya marah-marah sama orang yang bikin aku mengalami sindrom kampret itu secara langsung. Tapi ternyata responnya sungguh menyebalkan.
Jujur aja, siapa sih yang bakal tahan kalau perasaanmu begitu diremehkan?
Jujur aja, siapa sih yang bakal tahan kalau perasaanmu begitu diremehkan?
Awalnya segala kata-kata buruk ingin kukatakan, semuanyaaaaa!
tapi sudahlah, cukup brngszskk dan pengscvvtt yang keluar, toh gak ada gunanya, toh gak ada untungnya, toh orang yang dituju juga gak ngerasa, toh gak bakalan sadar, toh gak mau tau juga, jadi udahlah, daripada bikin emosi jiwa.
Kembali mereview apa yang kulakukan sebelumnya, terus mengharapkan sesuatu yang sebenernya nohope at all, gimanapun aku juga sama kayak perempuan pd umumnya, walaupun logika ku kadang bilang gak, tapi ujung-ujungnya tetep perasaan yang ngambil alih semuanya. Aku memutuskan sesuatu begitu lama, bolak balik dipikirkan dan diresapi, tapi pada akhirnya aku ngambil keputusan berdasarkan perasaan. Namanya juga peyempuan.
Jujur aja, aku udah lelah menjalin sebuah 'relationshit' yang kayaknya gak ada harapan buat jadi lebih baik, kami stuck ditempat yang sama, sebut aja kampret zone, ibarat berlari diatas treadmil, seberapa keras dan seberapa lama pun berlari, tetap disitu-situ aja. Dan dari pihak dia pun gak ada niat buat bener-bener usaha. Aku bener-bener ngerasa tolol, dan gak ada artinya, perasaanku seperti dimanfaatkan, dipermainkan seenak jidat, berbagai pikiran buruk lah pokoknya. Entahlah, berbagai kemungkinan dan asumsi muncul dalam kepala, semudah itu kah mempermainkan perasaan orang lain? semudah itu kah mengabaikan? aku mencoba berpikir kenapa, dan jawabannya sangat jelas, sejelas kecurigaan ku, yahh.. kecurigaan emang biasanya benar. Dan itu gak perlu dibahas lebih detail disini.
Mengingat apa yang kulakukan untuk bertahan, dengan kepercayaan ku yang sisa sedikit, perasaan ku memutuskan untuk kembali percaya dan melupakan kekecewaan ku sebelumnya, lalu membuat rencananya berjalan seperti yang dia mau. Kenapa? karena aku gak mau merusak rencana nya yang udah dia bikin. Dude, sekecil apapun harapan dan perasaan yang tersisa, perempuan tuh selalu memilih ngikutin perasaannya, gak peduli sekecil apapun itu. Dan itu lah kenapa ada istilah, walaupun ada ribuan alasan buat pergi, perempuan akan mencari satu alasan untuk bertahan.
Mengingat apa yang kulakukan untuk bertahan, dengan kepercayaan ku yang sisa sedikit, perasaan ku memutuskan untuk kembali percaya dan melupakan kekecewaan ku sebelumnya, lalu membuat rencananya berjalan seperti yang dia mau. Kenapa? karena aku gak mau merusak rencana nya yang udah dia bikin. Dude, sekecil apapun harapan dan perasaan yang tersisa, perempuan tuh selalu memilih ngikutin perasaannya, gak peduli sekecil apapun itu. Dan itu lah kenapa ada istilah, walaupun ada ribuan alasan buat pergi, perempuan akan mencari satu alasan untuk bertahan.
Nyatanya berkat perasaan yang kelewat irrasional itu, aku sekarang berada dititik dimana aku gak bisa bersabar dan bertahan lagi. Kepercayaan dan perasaan ku udah gak ada artinya, ancur lebur sama kayak tes pauli ku yang berantakan :hammer:
Ku kira bakal sulit buat melupakan, karena besarnya rasa kesal, kecewa, marah, sedih.. tapi berhubung aku udah pernah merasakan hal yang lebih buruk daripada ini sebelumnya, sekarang rasanya jadi lebih mudah untuk dihadapi. Terlebih, sepertinya memang benar selama ini aku udah salah mengira, berharap seseorang itu adalah orang yang tepat, menghabiskan waktu memikirkan orang yang sama sekali tidak peduli, menjaga jarak dan menutup diri dengan orang lain yang mungkin aja ternyata lebih tulus, sudah terlalu lama aku menutup mata untuk melihat kesekitar, dan hanya fokus pada orang yang kuanggap tepat, tapi kenyataannya..?? sambala sambala bala sambaladooo, hahaa
Memang sulit untuk membiarkan seseorang masuk kehati ku lagi, tapi setidaknya sekarang aku tau, sudah saatnya aku melakukan hal yang harus ku lakukan dari dulu, yaitu keluar dari kampret zone ini.
So, here I am.. biarkan semuanya jadi masa lalu aja, dan biarkan masa lalu tetap berada disana, untuk sekarang, tidak perlu menengok ke belakang lagi. Mari mulai membuka diri dan membuka hati untuk menjadi lebih baik. Yang terpenting, tetaplah berusaha menjadi orang baik. karena kalau kamu gak menemukan orang baik, maka kamu akan ditemukan oleh orang baik dan tepat.