Ramadhan, kemaren aku membereskan kamar,
diantara barang-barang usang ini, aku menemukan gitar lama yang sudah
bertahun-tahun tidak aku sapa. Aku masih hafal tiap lekuknya, tiap
ketidaksempurnaannya, tiap nostalgia yang terselip diantara nadanya. Lalu, ada
dorongan pergi membeli senar baru, Ramadhan… mengganti yang lama, satu demi
satu. Helai demi helai. Aku merasa seperti gitar ini, Ramadhan. Kamu, yang
sedang menggantiku, dengan aku yang baru. Membersihkan karat demi karat,
menghapus noda yang susah hilang selama ini. Hingga aku, bisa kembali merdu. Hingga
aku, bisa kamu simpan, sampai akhirnya kita bertemu dilain waktu.
Well,
itu kutipan dari video terbarunya Raditya Dika, “Surat untuk Ramadhan: Gitar”
yang baru aja penulis tonton. Salut sama Raditya Dika yang selalu kreatif dan apa
yang disajikannya juga selalu ‘ngena’. Yeah, sebenarnya dari awal puasa mau
nulis tentang bulan ramadhan, tapi gak dapat moodnya, dan selalu saja raditya
dika cukup memberikan inspirasi buat nulis.
Bener
banget apa yang dibilang Raditya dika diatas, ketika bulan Ramadhan otomatis
kita jadi termotivasi untuk memperbaiki diri, membersihkan ‘noda-noda’ yang
susah hilang selama ini, Ramadhan bisa jadi momentum untuk kembali kepada-Nya
(emang darimana aja selama ini woy?!), hehehe. Dari tahun ketahun Ramadhan
selalu datang menyapa, tapi apa yang udah penulis lakukan di Ramadhan-Ramadhan
sebelumnya?