Hello, dear... how are you?
Yahh begitulah, bisa dibilang very well, I'm healthy... gak kurang
satu apapun, Alhamdulillah
Okay then, how's life?
It's getting harder but it's okay, I'm being stronger
How do you feel righ now?
I don't know, mungkin hanya kekesalan yang terjadi kemaren malam
cukup berpengaruh pada mood ku hari ini.
What happened last night?
Tadi malam aku sampai rumah pukul 23 WIB (hari minggu). Aku sudah pergi ke
bjm dari kamis malam, jadi seperti biasa, kucing-kucing ku percayakan pada adik
ipar ku. Sebelumnya pada pukul 21 WIB aku sudah telpon ipar ku kalau aku akan
sampai larut malam, jadi ku tanya apakan pasir kucing sudah dibersihkan,
katanya sudah. Dan apakah galon isi ulang minumnya sudah dibelikan (aku titip
dari kamis), ternyata belum, jadi dia langsung pergi membelikannya. Oke, aku ga
masalah soal itu, barangkali air minumnya memang baru habis.
Lalu saat sampai ku tengok lah 9 kucing ku di 'rumah' mereka, dan ku lihat
banyak kotoran menumpuk di bak pasir, minumannya pun tinggal sedikit di
wadahnya, itu pun sudah kotor bercampur serangga-serangga kecil yang mati
didalamnya. Aku hafal betul, karena aku yang sering merawat mereka,
membersihkan rumah mereka, aku tau kalau air minum mereka tidak diganti dan pasir
pun tidak dibersihkan sebagaimana mestinya. Pupus lah harapan ku untuk langsung
tidur saat datang, pukul 23 lewat aku ganti dan isi air minum mereka, ku bersihkan
pasir kucing ku, dan tau berapa banyak kotoran yang ku dapat? empat kantong!
yang mana normalnya jika aku bersihkan ruting setiap hari 2 kali, hanya akan
ada 1 kantong kotoran. Bagaimana kalau tidak ku bersihkan tadi malam juga,
besoknya senin aku kerja, masa aku harus bersihkan ekstra pagi-pagi di hari
senin? jadi ya mau gak mau ku bersihkan tadi malam agar gak banyak kerjaan ku
pagi ini.
See? Apa yang membuatku kesal? itu kah yang dibilang 'SUDAH' oleh
ipar ku ketika ku tanya sebelumnya. Iya, mungkin memang sudah, tapi
membersihkan seperti apa yang hasilnya kacau begitu? pukul 11 malam tidak ada
yang bangun lagi selain aku dan suamiku, alhasil ku lampiaskan kekesalan ke
suami, iya aku salah kalau marah padanya, tapi aku tidak bermaksud marah, aku
hanya mengungkapkan kekesalan ku, kalau tidak padanya, pada siapa lagi aku bisa
berkeluh? jawaban suamiku ya simple, gak usah lagi minta ipar ku yang ngurus
kucing, gak usah dikasih upahnya, emang siapaaaa yang mau minta iparku ituu?
kan aku terpaksaa nyuruh dia, karena mertua ku yang maksa buat nyuruh dia ajaa,
daripada ngasih uang ke orang lain katanya, padalah hasil kerjaannya gak becus
gitu. Dan emang nya enak kalau aku ga ngasih upah? paling gak buat nuangin
makannya kucing-kucing, hhh..
Wah, kamu terdengar sangat emosional, apa ada masalah lain selain itu?
Gak ada, cuma itu cukup nge trigger emosi ku yang emang dari awal gak
suka nyuruh ipar ku dengan hasil kerjaannya yang gak beres itu.
Be calm dear, solusinya kamu gak bisa terus terpaksa
nyuruh dia, mau gak mau kamu harus speak up
Ya, emang itu rencana ku. Lagi mikirin kata-kata yang pas
untuk ngomong ke mertua ku kalau aku ga bisa lg nyuruh dia
Okay then, ganti topik yuuk, biar kamu agak
tenangan dikit, inhale exhale, namaste
Okay
How’s your family? I mean your mom or sister?
Mama ku masih sakit, karena jatuh dari kamar mandi sekitar
sebulanan lalu, sekarang masih berobat rutin di dokter spesialis saraf, we
need more money, but I believe there’s a way however. My sister, wish
her life will change to be better but I don’t know when God will make it. Intinya
I need moneeeeyyyy for make them happy and no need to worry about life,
treatment and medicine cost.
You can’t bear it alone, dear
Yeah, I’m not, masih ada my another sister
yang walaupun sedang struggling juga, tapi gpp, kami berusaha sebaik dan
sekeras mungkin untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan hidup.
Baiklahhh, terdengar cukup optimistis, tapi apakah sudah
realistis?
Justru itu realitanya, optimis isn’t an option, it’s a
must
Oke, how’s marriage life?
So far, so good
Wanna talk about it?
Yaa.. hampir tahun ketiga pernikahan. And we still haven’t
a child, but it’s okay. Dititik ini aku ngerasa, yaa sudah lah, belum punya
anak aja dah capek, mungkin memang kami belum mampu dan belum layak jadi
orangtua, Tuhan tau waktu yang tepat kok, mau dipaksa bagaimana pun berdoa klo
emang menurut Nya belum yaa gimana, sekarang aku lebih ke pasrah sih, mau
dikasih atau gak dikasih ya udah. Diterima saja, gak lagi lagi berdoa dengan
memaksakan kehendak. Hanya seperti ini, hidup berjalan baik-baik saja pun sudah
patut disyukuri. Kalaupun harus child free juga ok aja lah, lihat orangtua ku
sekarang yang tinggal berdua doang di rumah (Bersama 10 kucing), walapun punya
anak juga gak menjamin masa tua bisa ditemani, yaa walaupun punya anak juga
bisa membantu perekonomian, tapi ga ada salah nya juga mempersiapkan masa tua
dari sekarang agar nanti bisa mencapai financial freedom, ga harus bergantung
pada anak. Punya anak banyak tapi kalau ga bisa menjamin kehidupan hingga
pendidikannya jg malah kasian anak-anak kelak yang jadi sandwich generation.
Orang tua gak punya tabungan masa tua karena menghidupi anak-anak, trus yang
jadi korban salah satu anak yang dianggap mampu menanggung orangtua dan saudaranya padahal itu bukan tanggungjawabnya, justru seperti itu jadi orangtua
yang gak bertanggung jawab sih menurut ku. Jadi yaa sekarang bener-bener pasrah
dan menerima aja. Dikasih Syukur, gak dikasih juga gak apa-apa. Itu menurut ku
sih, gak tau klo menurut suami gimana.
Terus kalau gak punya anak, gak takut masa tua ga ada
yang ngerawat? Trus ga takut kalau meninggal ga ada yang doain?
Emang yakin umur bisa sampai tua banget? Dan emangnya punya
anak menjamin bisa dirawat? Aku sih gak berharap pada manusia, bagaimana pun
caranya nanti sudah ada yang ngatur kok, ngapain pusing dengan perihal yang
bukan kuasa kita, mati ya mati aja. Urusan ada atau gak nya yang doain ya
tergantung amal perbuatan, gak mesti berharap sama anak, banyak juga kok anak
yang bukannya mendoakan tapi malah merugikan orangtuanya yang sudah ga ada
dengan perbuatannya di dunia. Jadi sama aja, gak ada yang bisa jamin.
Ya dirawat lah, emang mau gimana lagi. Toh kalau dia sudah
besar pun dia punya kehidupan sendiri. Ada istilah, ‘anak kita bukan milik kita’,
iyaa namanya juga titipan, bisa pergi juga sewaktu-waktu. Entah pergi karena
kehidupannya sendiri atau pergi karena emang sudah berakhir waktunya. Pada akhirnya... hidup seperti itu, yang akan menemani kita sampai akhir ya diri kita sendiri, pasangan
pun kita ga tau bisa sampai kapan bisa bersama.
Hmmm, berat yaaa… ganti topik boleh?
Boleh.
Hal terburuk apa yang kamu takuti sekarang?
Ditinggalkan orang tua. Dulu aku juga takut ditinggalkan kucing ku, Bagus. Tapi itu sudah terjadi, dan hingga sekarang aku hanya bisa merindukannya, tapi life must go on, I’m carrying her, always in my heart. Kalau ditinggalkan orangtua, jujur membayangkan pun aku gak sanggup. Gak mampu rasanya. Ya, aku tau tidak ada yang abadi, tapi tolong.. jangan dulu, aku gak bisa. Aku belum bisa membahagiakan, belum bisa memberikan yang terbaik sebagai anak. Untuk ini aku mohon dengan sangat, jangan dulu Tuhan. Aku masih butuh Ibu ku, aku masih belum cukup membahagaikannya dan belum jadi anak yang berbakti.
Oke, ternyata malah ke topik yang lebih menakutkan, kalau
begitu bisa kita bicara soal pekerjaan?
As you wish
Nah, how’s work life?
Boring. Sudah tujuh tahun. Ya, aku bersyukur, dengan
pekerjaan ini bisa menopang kehidupan ku dan keluarga ku, sangat bersyukur
memilikinya. Tapi semenjak menikah, aku kan pindah bidang, memang rekan kerja datang
dan pergi silih berganti, tapi sekarang aku merasa kurang nyaman dan enjoy
dengan pekerjaan ku dan bidang ku. Kadang aku merasa banyak job desk, tapi
kadang juga merasa gak berguna. Hmm bagaimana ya, sulit mendeskripsikannya. Intinya
aku merasa demotivasi, gak ada gairah kerja. Cuma.. aku butuh uang gaji, walaupun hanya lewat doang, belum ada kenaikan secara signifikan, dan jauuhhhh kalau
dibandingkan dengan mandor (ojo dibanding-bandingke, beda jabatan jelas beda
penghasilan, tapi jangan ky langit dan kerak bumi juga). Yah begitu lah, ada
banyak penyebab yang bikin udah ‘males’ tapi tetap harus dijalani karena bagaimanapun ini
lah sawah ladang yang menopang kehidupan ku dan keluarga ku.
Oke terakhir, karena aku tau kamu udah mau pulang kerja,
apa harapan mu untuk kedepannya?
Aku hanya berharap semoga Tuhan selalu melindungi
orang-orang yang ku sayang dimanapun berada, meluaskan rezeki kami dalam bentuk
apapun, dan memberikan Rahmat dan berkah dalam kehidupan ku dan keluarga ku.
Itu aja cukup. 10 menit lagi pukul 16.00, saatnya berkemas untuk pulang, byee!
Ok. See you next time. Whenever you want to talk, just
come in!