It's time to say goodbye.. or see you again September.
Bulan yang paling ingin cepat ku lalui, bahkan kalau bisa ingin rasanya ku skip saja. Karena ku rasa hanya akan ada kesedihan didalamnya seiring pertambahan usia. Maaf kalau aku tidak melaluinya dengan baik. Seharusnya aku senang karena masih diberi umur yang panjang hingga saat ini masih bernafas tanpa kurang satu apapun, harusnya aku banyak bersyukur dengan segala yang masih diberikan Tuhan, tapi aku terlalu fokus pada titik hitam diatas selembar kertas putih yang ku punya. Ya, aku tak henti meratap dan menatap sesuatu yang aku ga tau gimana lagi harus merubahnya. Well, let's skip about it.
Karena kecemasan2 yang selalui menghantui (ya, aku se-insecure itu), maka beberapa bulan sebelumnya ku putuskan untuk pergi liburan saja di bulan ini ke Pulau Dewata, Bali. Dengan harapan relaksasi dan menikmati hidup bisa sedikit mengurangi beban dan menenangkan diri. Awalnya aku hanya berencana pergi berdua dengan teman sekantor, Mba Eka. Tapi akhirnya kami pergi bertujuh, dengan semua wanita single (satu sih yg udah married, anggap aja panitia ya, wkwk) yang ada di kantor ku 😂. Itu lah the power of kebelet piknik, jadi berawal dari ajakan satu ke satunya, akhirnya pada ikut dan syukurlah jadi lebih rame. Gak kebayang sih gimana kalau cuma berdua aja 😅
September pun menjelma menjadi bulan yang sangat hectic bagi ku.
Weekend pertama, menjadi peserta Family Gathering yang diadakan di Banjarmasin, jadi walaupun pulang ke rumah dulu, sabtu malam ku lewati dengan nginap di hotel, melewati gala dinner yang dresscode nya 'heritage of Indonesia', aku megenakan kostum Adat Dayak dari Kalimantan Timur. Dan lumayan sih, dapat Doorprize berupa sebuah Mesin Cuci, walaupun endingnya ku jual, hahaa.. 'mentahan' memang lebih menggoda 😂
Weekend kedua, masih ada acara Family Gathering, tapi kali ini peranku sebagai panitia yang pegang kamera, dan jujur jadi pania lebih seru daripada jadi peserta, mungkin karena emang pada dasarnya aku hobi jeprat jepret, makanya lebih menyenangkan, daripada jadi peserta cuma diem dan ngikutin acara doang, gak ada serunya, mana kan ini Family Gathering, jadi bagi yang belom ber-Family yaa... B aja sih, nothing special. Sebagai panitia, kami juga pake kostum, lagi-lagi Kostum Dayak, tapi kali ini Dayak dari Kalimantan Tengah, kebetulan tugas cari kostum juga dipercayakan ke aku sih. Padahal pengennya pake kostum Nanang Galuh, yang ku pesan buat panitia Gelombang satu, tapi bos requestnya gantian kostum khas Kalteng, jadi yaa dayak lagi dayak lagi, hehe.
Sehari setelah Family Gathering ini hari ultah ku, seperti yang sudah ku duga, It's just a blue monday like usual. Bahkan lebih sedih lagi sih. Tapi sudah lah.
Weekend ketiga, it's time to go for holiday... Bali, pulau yang belum pernah ku kunjungi sebelumnya. Yes, it's a first time. Pergi hari sabtu, tanggal 14 dan pulang hari selasa, tanggal 17. Agenda kami di Bali padat banget, saking padatnya kami cuma sempet menikmati breakfast di hotel sehari karena pagi-pagi banget udah berangkat. Hari pertama setelah datang langsung nonton tari kecak yang menurutku seru banget apalagi nontonnya ditemani sunset yang luar biasa indah sih, sepulang dari nonton kami makan malam di Jimbaran yang menurutku selama di Bali, cuma disitu yang paling enak, ehe. Minggunya kami pergi ke pulau Nusa Penida satu hari full karena jarak yang ditempuh buat ke sana juga lumayan jauh. Kami pun harus naik kapal dulu dari Pantai Matahari Terbit di Sanur, baru dilanjutkan perjalanan darat yang rutenya sangat menantang karena jalannya sungguh amazing, harus bener-bener ahli nyetir deh, kalau aspalnya sih mulus-mulus aja tapi liukannya (?) yang gak biasa, tajam banget, trus naik turun juga, untung dulu udah pernah terlatih saat Employee Gathering ada Off-road di Malang, jadi kami gak heboh selama perjalanan, wkwk..
Hari kedua kami pergi ke berbagai tempat wisata juga, seperti Tanah Lot, Ulun Danu Baratan yang dulu jadi ikon di mata uang 50k, terus ke Taman Ayun Temple yang ku kira bakal ada 'ayunan' nya, ternyata gak ada, ehee tapi keren sih pura nya... bener-bener masih terjaga dan kaya budaya, ada gallery seninya juga. Well, cerita selama di Bali ku keep aja buat ntar bikin Vlognya, walaupun masih mager ngedit sih, gatau deh tu kapan jadinya, wkwk.. Yang jelas selama Liburan yang singkat ini, aku ngerasa kayak... dapat pengalaman baru iyaa, tapi ketenangan batin masih belom, karena jadwal kami padat bangeeeettt... dan capek pastinya. Aku aja sampe ngeluh kayak 'kenapa sih kalau mau pergi ke tempat bagus itu mesti melewati perjalanan jauh dulu, yang prosesnya tu gak mudah buat menuju kesana, ada gak tempat yang bagus tapi ga harus lama di jalan gitu? yang gak perlu capek-capek langsung sampai di tempat bagus aja gitu...', ya.. aku sampe ngedumel segitunya sih 😂 saking lelahnya mungkin, dan selama ini menurut pengalaman ku emang gitu, ada baiknya dijadiin pelajaran aja ya, kalau menuju tempat yang bagus tuh kita harus melalui perjalanan yang ga mudah, sama kayak hidup, untuk menuju ke 'tempat' yang berujung indah, kita juga harus melewati berbagai pengalaman yang bisa jadi menyedihkan & melelahkan, boleh jadi mengeluarkan banyak keringat hingga air mata.. tapi pada akhirnya saat sudah sampai, kita bakal sadar kalau proses itu worth it buat dilaluin.
Lain kali kalau mau liburan cocoknya lebih lama dan lebih santuy kali yak biar gak capek-capek amat, dan masih bisa menikmati prosesnya.
Weekend keempat, sepulang dari Bali, dapat kabar kalau ada jadwal Dinas Luar (DL) ke Gresik yang di listnya ada nama ku. Dan itu artinya aku harus pergi lagi ke Surabaya, hmm... baeqlahh. Dengan berat hati, aku pergi :( Sumpahh aku tu gak ada semangatnya sama sekali, mana sendirian kan, udah kebayang tuhh bakal gimana, so sebelum berangkat ke Bandara aku prepare nya beli buku gitu, ke Gramed, biar aku gak ngerasa sepi sepi amat, karena yaa bayangin aja kalau sendiri di hotel, diemmmmm tiba-tiba mewek kan gak asik.
Jadwal pelatihannya hanya 2 hari, senin-selasa dan dimulainya pagi, karena minggu sebelumnya pas mau ke Bali kami juga penerbangan ke Surabaya dulu, dan ternyata penerbangan pagi delay lama banget karena lagi parahnya kabut asap, jadi aku gak mau ngambil resiko dong, terpaksa harus pergi sehari sebelumnya, ngambil penerbangan terakhir gitu. Dan perjalanan ke Gresik untuk (lagi-lagi) pertama kalinya pun di mulai.
Pemandangan kota Banjarmasin dari atas pesawat malam itu,bener-bener indah.. meriahnya cahaya lampu dari rumah-rumah, bangunan-bangunan, dan kendaraan yang terlihat berseliweran, berjalan seperti aliran sungai. Ku dapati diriku duduk manis di seat yang kebetulan sekali tepat dibalik jendela pesawat, tangan ku menggenggam sebuah buku yang baru ku beli hari itu, Disforia Inersia yang ditulis oleh Wira Nagara, seorang Stand Up Comedian yang terkenal dengan bahasanya yang puitis, dan memang seperti dia ketika bicara, isi bukunya penuh dengan kata-kata penuh makna yang puitis dan filosofis, entah kenapa aku mampu menerjemahkan setiap kata yang dituliskan, aku mampu merasakan apa yang ingin disampaikannya, dan aku berhasil masuk ke dalam cerita demi cerita yang dituliskan dengan sentuhan sajak-sajak istimewa penuh keindahan walaupun bermakna menyakitkan. Aku terpesona dengan keindahan tulisan yang disajikan, membuatku merasa tidak sendirian, iya.. aku merasa gak sendirian dilingkupi kemalangan dan keresahan yang selalu menjadi raja diantara sederet perasaan. Kemudian lampu pesawat dimatikan, mata ku kembali tertuju ke keindahan visual yang disajikan lampu-lampu dibawah sana.. kaca jendela memantulkan diri ku sendiri, aku merasa berada disebuah cuplikan suatu film, dimana pemeran utama merasa begitu kosong, berada dalam keterasingan, menyadari kalau hidupnya hanya sebatas peran, yang sudah diatur sedemikian rupa oleh sutradara, namun tak tau bagaimana skenario yang telah disiapkan. Ku hidupkan lampu baca hingga lampu pesawat kembali menyala, meneggelamkan diri lagi dalam lautan perasaan bermuatan kata-kata.
Mendekati landasan, sambutan yang lebih meriah ditampilkan kota Surabaya, mencuri pandanganku dari buku yang ku baca, ketika keindahan visual bertarung dengan kata, ku nikmati sejenak momen yang hanya lewat beberapa menit itu, lampu-lampu kota yang bekali lipat lebih gegap gempita dari yang ku lihat saat berangkat, tentu saja.. indah, tapi asing, toh sebaik-baiknya tempat ialah pulang, tapi tak ada salahnya sejenak menikmati tempat persinggahan. Ku buka permen karet terakhir yang ku punya, ini sudah permen kelima, membantu telingaku agar gak begitu sakit saat kecepatan, tekanan, tegangan, frekuensi, tekanan, suhu dan sebagainya yang mempengaruhi penerbangan terasa mengganggu.
Di bandara, aku mencoba menghubungi teman satu mess yang pernah ke Gresik, dua-duanya sulit dihubungi, saat terkoneksi pun tiba-tiba putus gitu, gak tau juga kenapa, mungkin sinyal. Padahal aku mau nanya hal penting, yaitu enaknya pake apa ke gresik. Ku hampiri loket taksi bandara yang memanggil-manggil, nanya berapa ongkos ke gresik, 260k katanya. Gilaaaaa... mahal bener, mana aku sendirian kan... gak ada temen urunan. Bagiku itu mahal di tanggal tua, dimana uang ku udah abis buat liburan plus gara2 minggu sebelumnya berasa kena rampok uang bagasi sampe 750k, makanya ke Gresik kali ini aku cuma bawa tas ransel dan tas tenteng laptop, sampai2 baju bebas pun aku cuma bawa selembar, saking hemat tempatnya. Aku langsung ngacir ke loket Damri yang juga memanggil-manggil, berebut hati calon penumpang. Saat ku tanya berapa ongkos ke Gresik, katanya 40k, oke langsung tancep gasss lah beli tiketnya, gak pake ba bi bu lagi, wkwkk jauh banget coy sama pake taksi.
Saat itu pukul 19.20, again.. buat pertama kalinya aku naik Damri, well maksudnya pertama kali naik 'DAMRI' ya emang pertama kali, tapi pas didalem berasa kayak naik bus pada umumnya kok. Katanya paling lambat berangkat pukul 18.00 sih, padahal aku mau makan di Bandara tapi kata Bapak-bapak pegawai Damri mending beli roti aja, karena kalau gak standby takutnya ditinggal.. yaudah ku urungkan deh, gak lapar-lapar banget juga. Aku duduk dengan tenang, menunggu, ngangkat telpon, ngobrol bentar.. dan meluncur ke Gresik.
Damri yang ku tumpangi sampai ke halte terakhir pengantaran, Terminal Bundaran. Berdasarkan petunjuk dari penjual loket di Bandara, aku bisa naik ojek onlen sampainya di Gresik, eh tau nya gak boleeeh di jemput di terminal, tapi untungnya ada ojol yang mau jemput tapi aku harus jalan dulu ke pinggir jalan, terus ojolnya juga lepas atribut (jaket) biar gak nampak sebagai ojol. Selama di perjalanan menuju Hotel, pak ojol ngajakin ngobrol teross, padahal kan percakapan yang terjadi diatas motor sering nge-bug gitu ya, misalnya 'hah?', 'apa pak?', 'yaa?', 'gak kedengaran pak, tuh yang lewat knalpotnya kenceng banget' tapi pak ojol gak peduli dan terus lanjut ngajakin ngobrol.
Ojol (O): 'kalau ke sini harus coba makanan khas sini mba'
aku (R): 'oh ya? apa tuh pak?'
O: 'Nasi krawu mba'
R: 'ohh, oke ntar saya pesan..'
O: 'nasi krawu itu lauknya daging gitu mba, dipotong kecil-kecil,, tapi tipis.. memanjang..'
R: 'disuwir gitu ya?'
O: 'iyaa.. mba udah pernah coba?'
R: 'belum sih pak, tapi ditempat saya juga ada yang kayak gitu, namanya..... dendeng'
Pak Ojol ketawa kenceng banget anjirrr, padahal aku jawab apa adanya, tapi lawak banget kali ya bagi beliau. 'itu sihh beda mba, disini juga ada dendeng', katanya setelah puas ketawa.
O: 'mba sudah makan belum?'
R: 'belum sih pak..'
O: 'mau sekalian nyari makan gak nih?'
R: 'boleh pak mampir beli makan?'
O: 'boleeeh lah, mau cari makan gimana nih mba? di resto kyk mekdi atau pinggir jalan aja?'
R: 'pinggir jalan aja gpp pak.. yang rekomended ya tapi..'
Dan kami sampe di tempat orang jualan, yang literally di pinggir jalan, alias gak berbentuk warung gitu, lampu merah, ada trotoar trus ya itu.. ada meja kecil beralas tikar, ada banyak orang yang makan juga lesehan sepanjang trotoar, jadi ku pikir pasti enak nih karena mayan banyak yang makan disana, yaudah kan aku beli sesuai saran pak ojol, nasi krawu dan tambahan 2 bakwan, cuma 8k.. murah bangeeeeettt, ehe.
Sampai di hotel, pukul 22. Langsung rebahan, rasanya capek banget.. kepala ku berat karena kayaknya mau flu. Saat di Banjarmasin, aku sempet mampir beli obat flu gitu, katanya cukup satu biji perhari, padahal malas banget udah jam segitu makan, tapi yaa dipaksa makan aja, udah beli juga nasi krawu khas gresik ye kann. Setelah minum obat yang sepertinya bikin ngantuk, langsung tidur, syukurlah gak tersisa banyak waktu buat meresap sepi.
Besoknya, hari pertama pelatihan, bener-bener kayak asing banget, gak ada yang ku kenal ih, aku gak suka yaa kalau DL sendirian tuh gitu, mau bersosialisasi juga males banget. Beberapa jam pertama aku duduk sendirian, sengaja milih duduk paling belakang. Pikiran ku gak begitu nyimak yang dijelaskan pemateri. Lamunan demi lamunan melayang jauh, akhirnya ku ambil buku dan pulpen yang disediakan diatas meja, dan mulai menulis sesuatu, 'Tentang Rindu'.
Dan kata kata itu pun menari dalam pikiran ku, ku abadikan lewat tinta biru. Ini pasti karena ulah penulis buku yang ku baca, gak salah lagi. Hasil dari lamunan ku, menjelma berupa sajak-sajak yang aku gak tau dari mana dapat rangkaian kalimat itu, yang ku tau, dia datangnya dari hati.. yang paling dalam, meminta untuk diluapkan sebagai sebuah pengakuan. Dari apa yang telah ku alami selama pergi ke Bali, hingga pergi lagi ke Gresik, sejauh apapun aku mencoba lari, dimana pun aku berada, aku gak bisa menghindari perasaan rindu, tapi mau bagaimana lagi, itulah konsekuensi dari terciptanya masa lalu.
'Rindu menawanku, menderu dalam kalbu... memenuhi lamunan pilu'
Hanya itu akhir kalimat yang bisa ku spoiler disini, selebihnya biar ku simpan buat diri ku sendiri.
Ternyata benar, menulis adalah cara berteriak paling senyap.
Waktunya Istirahat, Sholat dan makan siang.
Kami pindah ruangan karena ruang yang kami tempati sedari tadi AC nya mati, aku pun gak duduk sendiri lagi karena pada saat masuk Mba dari Kaltim Teluk mempersilahkanku duduk disampingnya. Pada akhirnya aku ngobrol juga, ternyata naik Damri di malam hari seperi yang ku
lakukan termasuk tindakan yang sangat berani, itu kata mba nya pas ku
ceritain kalau aku ke Gresik nya naik Damri, malam hari. Ya, aku emang udah gak kenal takut, apa sih yang bisa ditakutin seseorang yang gatau arah? atau lebih tepatnya gak punya banyak duit buat bayar taksi, wkwk 😂
Sepulang dari pelatihan aku janjian buat makan malam di Upnormal deket Hotelnya Mba Dom, yang jadi teman sebangku tadi. Dari jam setengah 6 sore sampe jam 8 malam kami nongkrong aja disana, ngobrol macem-macem, soal lingkungan kerja masing-masing, untung dia nya suka banyak ngomong juga, dan jauh lebih senior daripada aku sih.
Besoknya hari kedua pelatihan, tapi gak tau sampai jam berapa, penerbangan terakhir ke Banjarmasin pukul 15.15 wib, takut gak sempat lagi karena ku pikir kemungkinan kayak hari sebelumnya selesai pukul 16. Ehhh taunya pukul 13 udah selesai doong. Kalau mau ngejar pesawat pukul 15 harusnya sempat walapun mepet banget, tapi aku udah beli tiket penerbangan hari Rabu pagi 😓
Yaudah kann, mau gimana lagi, aku nginep di Surabaya aja yang deket bandara, siang itu sepulangnya dari Pelatihan, aku dapat teman seperjalanan yang mau pulang juga, pesawatnya pukul 19 ke Jakarta. Kali ini pake Grab, Gresik menuju Surabaya ku putuskan buat mampir ke Royal Plaza aja karena ada buku yang ku incer di Gramed. Si mbak teman baru pun juga ikut ke Royal karena dia pengen beli minum Cincau Station yang katanya adanya cuma disitu doang. Oke lah kami pun meluncurr.
Jadii sebelumnya pas mau berangkat ke Surabaya kan aku beli buku tuh di Gramed Bjm, nah pas liat buku lain yang menarik tapi harganya lebih murah di pulau jawa jadi aku mikir sekalian aja dong pas ke Sby mampir gramed buat beli bukunya. Makanya disana aku langsung bungkus aja tuh bukunya Fiersa Besari- Arah Langkah, Alffy & Linka - Senja dan Pagi, dan buku pertama Wira Nagara - Distilasi Alkena (yang ini fix karena aku ketagihan habis baca buku Disforia Inersia yang ku ceritain diawal).
Setelah dari situ, kami mampir ke food court gitu, jajan bentar, mampir ke bioskop buiat numpang ngecas HP mbak nya, wkwk.. dan gk lama dia pcabut duluan. Trus aku ngapain dong sendirian di mall? Pilihannya ada dua, nonton atau nyalon? Of course yang kedua, karena jarang-jarang kannnn... hohoo nonton itu bisa kapan aja dimana saja, kalau nyalon itu bener-bener harus luangin waktu, hmm cuma cewek sih yang can relate. Kebetulan aku baru banget potong rambut hari Minggu nya, jadi pas itu aku cuma perlu sedikir treatment kayak cuci, masker dan blow, sumpah ini tuhhh jarang-jarang banget. Yahh gara-gara itu aku habis sekitar ongkos taksi SBY- Gresik pulang pergi lahh wkwk, bayar ongkos sayang... giliran nyalon ajaa, wkwkwkk yaa mending duitnya dipake buat nyalon lah drpd duduk di taksi doang 😀
Sekitar pukul setengah sembilan malam aku baru mau pulang, ke penginapan yang lumayan dekat Bandara, dannnnn pas itu kan aku naik Grab, nahh dari salon di Royal aku tuh sayang banget klo rambut ku diikat lagi, secara habis diblowww gitu lohh, wkwk jadinya aku gak pake jilbab deh,, gak papa kan yaa,, di jalan pulang doang lagian, huhuu sorry
Nah trus dikira driver Grab nya aku masih sekolah coba, wkwkwk padahal aku masih pake kemeja kerja gitu, ya ketutupan sama jaket jeans yang ku pake sih.
Terus kan aku berasa gimana gitu dikira anak sekolah, takut dikira cabe2an :(
tapi gak semua anak sekolah cabe2an dong
jadi ku tanyakan lagi, kali aja maksud bapaknya sekolah = kuliah.
Aku = R, Bapak Grab = P
R: 'sekolah? maksudnya kuliah pak?'
P: 'loh emang mbakny udah kuliah?'
R: 'nggak, sy udah lulus kok'
P: 'lahh saya kirain ya masih sekolah, SMA gitu mba'
R: 'hehee.. badan sy emang kecil sih'
P: 'udah lulus toh? berarti seumuran anak sy dong'
R: 'oh ya? emang anak bapak umur berapa?'
p: '23..'
R: 'oohh oke'
P: 'berarti bapaknya mbak seumuran sy juga ya?'
R: 'hehe, iya pak'
Iyain aja biar cepet, wkwkwkwk
Sampainya di penginapan, badan ku langsung berasa gak enak. Yang awalnya cuma flu tapi udah sembuh flu nya hanya dengan 2x minum obat, sekarang ganti jadi batuk2 gitu. Yaudah aku istirahat aja sambil streaming nonton film di laptop, saking magernya aku nontonnya sambil rebahan trus laptopnya ku taruh di bantal yang ku taruh lagi di atas perut. Plus tivi juga tetep dinyalain, ckck sebuah keharusan kalau di hotel / penginapan sendirian.
Besoknya pulang ke Banjarmasin dengan damai.
And here I am, di minggu kelima, akhir September.
Bener-bener udah melewati bulan ke sembilan di tahun 2019 ya, tiba-tiba udah sejauh ini aja gitu. Gak lama lagi akhir tahun. Terus lanjut ke 2020. Oh my God. Sejauh ini, tahun 2019 terasa begitu berat, sangat berat. Aku gak tau gimana harus menjelaskannya. I lose hope, I'm not happy. I don't know what will happen, but I'm keep praying. Fortunately, I still have You, God. Wish everything gonna be alright.